JESUS ADALAH ANAK ALLAH

Perjanjian Baru dengan jelas memperkenalkan Kristus sebagai Allah. Nama-nama yang dipakai untuk Kristus dalam Perjanjian Baru adalah begitu rupa sehingga nama-nama itu hanya bisa dengan tepat dipakai untuk Allah.
Misalnya, Yesus disebut Allah dalam ungkapan, "dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah yang Maha Besar dan Juruselamat kita Yesus Kristus"
( Titus 2:13;bdn., Yohanes 1:1; Ibrani 1:8; Roma 9:5; 1 Yohanes 5 : 20-21).
Alkitab mengenakan kepada Yesus ciri-ciri yang hanya bisa berlaku untuk Allah.
Yesus diperkenalkan sebagai Oknum yang ada dengan sendirinya.
(Yohanes 1:4; 14:6);
berada dimana-mana (Matius 28:20; 18:20);
Mahatahu
(Yohanes 4:16; 6:64; Matius 17:22-27);
Mahakuasa ( Wahyu 1: 8; Lukas 4:39-55; 7:14,15; Matius 8: 26,27);
dan memiliki hidup kekal (1 Yohanes 5 : 11, 12,20; Yohanes 1:4).


Yesus menerima penghormatan dan penyembahan yang hanya boleh diterima Allah saja.
Dalam suatu konfrontasi dengan Iblis, Yesus berkata, "Ada tertulis, 'Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"" (Matius 4:10).
Namun demikian Yesus menerima penyembahan sebagai Allah (Matius 14:33, 28:9) dan terkadang bahkan menuntut supaya disembah sebagai Allah (Yohanes 5: 23; bdn Ibrani 1:6; Wahyu 5 : 8-14)


Kebanyakan pengikut Yesus adalah orang Yahudi yang saleh, yang percaya akan Allah yang Esa, mereka penganut monotheisme yang kukuh namun demikian mereka mengakui Yesus sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia.


Karena pendidikan kenabiannnya yang mendalam, Paulus lebih enggan lagi dalam mengakui keillahian Yesus menyembah manusia dari Nasaret itu dan memanggilNya Tuhan. Tetapi inilah yang justru ia lakukan. Ia mengakui domba Allah (Yesus) sebagai Allah ketika dia berkata "karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah anakNya sendiri" (Kis 20:28)


Setelah Kristus bertanya kepadanya, siapakah Dia ?
Petrus mengakui "Engkau adalah Mesias, anak Allah yang hidup" ( Matius 16:16) Yesus menjawab pengakuan Petrus bukan saja dengan memperbaiki kesimpulannya melainkan dengan mengakui validitas dan sumberNya "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di Surga" (Mat 16:17).


Marta, seorang sahabat dekat Yesus, berkata padaNya, "Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah" (Yohanes 11:27). Kemudian ada Natanael, yang percaya bahwa tak suatupun yang baik akan muncul dari Nazaret. Ia mengakui bahwa Yesus adalah "Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!"(Yohanes 1:49).


Ketika Stefanus dirajam, :ia berseru dengan suara nyaring, "Ya Tuhan Yesus , terimalah rohku!" (Kis 7:59). Penulis surat Ibrani menyebutkan Kristus sebagai Allah ketika dia menulis, "Tetapi tentang Anak Ia berkata, "TahtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya'" (Ibrani 1:8). Yohanes Pembabtis memberitakan kedatangan Yesus dengan berkata bahwa "turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati keatasNya. Dan terdengarlah suara dari langit, "Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan'"(Lukas 3:22)


Kemudian sudah tentu kita mempunyai pengakuan Tomas, yang lebih dikenal sebagai "Si Peragu" Barangkali dia seorang sarjana. Ia berkata, :Aku tak akan percaya sebelum aku mencucukkan jariku kedalam luka bekas paku itu" (Lukas 20:25). Saya dapat mengidentikkan diri saya dengan Tomas. Ia berkata, "Begini, ini bukan peristiwa sehari-hari, karena tidak setiap hari orang bangkit dari kematian atau menyatakan dirinya sebagai Allah yang menjelma. Aku perlu bukti." Delapan hari kemudian, setelah Tomas mengatakan rasa sangsinya mengenai Yesus dihadapan para murid lainnya, " Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, 'damai sejagtera bagi kamu!' Kemudian Ia berkata kepada Tomas, "taruhlah jarimu dan cucukkan kedalam lambungKu, ulurkanlah tangan mu dan cucukkan kedalam lambung Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.' Tomas menjawab Dia, Ya Tuhanku dan Allahku!' Kata Yesus kepadanya, 'Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya'"(Yohanes 20:26-29). Yesus menerima pengakuan Tomas akan Dia sebagai Allah. Ia mengecam Tomas karena ketidakpercayaannya, tetapi bukan karena penyembahannya.


Pada titik ini seorang kritikus barangkali mau mengatakan bahwa semua pengakuan dibuat oleh orang lain mengenai Kristus, dan berasal dari Kristus sendiri mengenai dirinya sendiri. Biasanya tuduhan yang muncul didalam kelas para mahasiswa ialah bahwa orang-orang dimasa Kristus itu salah faham tentang Dia, sama halnya dengan kita sekarang ini. Dengan kata lain, Yesus tidak sungguh-sungguh menyatakan diriNya sebagai Allah.


Saya kira tidak demikian, dan saya yakin bahwa keilahian Kristus itu terdapat langsung dari halaman-halaman Perjanjian Baru. Nats-nats tersebut berlimpah dan maknanya jelas. seorang pengusaha yang memeriksa Alkitab untuk memastikan apakah Kristus benar-benar menyatakan diriNya sebagai Allah, berkata, "Bila ada seseorang yang membaca Perjanjian Baru, tetapi tidak menyimpulkan bahwa Yesus menyatakan diriNya sebagai illahi, maka dia sama halnya dengan seorang buta yang berdiri diluar ruangan pada suatu hari yang cerah dan berkata bahwa dia tak bisa melihat matahari."


Dalam Injil Yohans ada konfrontasi antara Yesus dan sejumlah orang Yahudi. Konfrontasi itu dimulai ketika Yesus menyembuhkan seorang lumpuh pada hari sabat dan kemudian memerintahkannya untuk mengangkat tilamnya dan berjalan. "Dan karena alasan inilah maka orang-orang Yahudi menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal tersebut pada hari sabat. tetapi ia menjawab mereka, 'BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga' Sebab itu orang-orangYahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah"(Yohanes 5: 16-18).


Anda mungkin berkata, "Hei sayapun dapat berkata, "Bapaku bekerja sampai sekarang, karena itu aku pun bekerja juga' Apa artrinya ? Itu tidak membuktikan apapun." Bila kita mempelajari suatu dokumen , kita harus memperhitungkan bahasa, budaya dan khususnya orang atau orang-orang yang menjadi pendengar kata-kata yang sedang diucapkan. Dalam hal ini budayanya adalah budaya Yahudi dan orang-orang yang dijadikan pendengar adalah pemimpin-peminpin agama yahudi. baiklah kita melihat bagaimana orang Yahudi memahami pernyataaan Yesus 2000 tahun lalu dalam budaya mereka sendiri." Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah" (Yohanes 5 :18).

Mengapa timbul reaksi yang begitu drastis?


Alasannya ialah bahwa Tuhan Yesus berkata, "BapaKu," bukan Bapa kita," dan kemudian menambahkan, "masih bekerja sampai sekarang ini." Bila Yesus menggunakan kedua ungkapan itu dalam cara ini, Dia membuat diriNya sama dengan Allah, sejajar dengan kegiatan Allah. Orang-orang Yahudi itu tidak menyebut Allah sebagai "bapaku." Atau kalaupun mereka mengatakan demikian, mereka akan menambah pada pernyataan itu kata-kata "didakam sorga." Tetapi Yesus tidak melakukan hal itu. Dia membuat suatu pernyataan bahwa orang-orang Yahudi tak mungkin dapat menafsirkan ketika Dia menyebut Allah sebagai "BapaKu." Yesus juga memberi implikasi bahwa sementara Allah sedang bekerja, Dia, AnakNya sedang bekerja juga. Sekali lagi orang-orang Yahudi mengerti implikasi dari pernyataan itu, yaitu bahwa Dia adalah Anak Allah.
Sebagai pernyataan ini, kebencian orang-orang Yahudi semakin bertambah terhadap Yesus. Kendatipun mereka berusaha secara khususnya untuk menganiaya Dia, mereka pun mulai ingin membunuhNya.


Yesus bukan saja menyatakan diriNya sama derajat dengan Allah bila Dia menyebut Allah sebagai BapaNya. Melainkan juga dia mengklaim bahwa Dia, adalah satu dengan Allah Bapa. Pada hari raya pentahbisan Bait Allah di Yerusalem, Yesus didekati oleh sejumlah pemimpin Yahudi yang menanyakan apakah Ia memang Mesias itu. Yesus mengakhiri komentarNya kepada mereka dengan mengatakan, "Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10 :30)" sekali lagi orang orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.
Kata Yesus kepada mereka 'Banyak pekerjaaan baik yang berasal dari bapaKu yang kuperlihatkan kepadamu; pekerjaaan manakah yang menyebabkan kamu mau lempari aku ?' Jawab orang-orang Yahudi ini, ' bukan karena suatu pekerjaan baik, maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena engkau menghujat Allah dan karena Engkau sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah'

(Yohanes 10:31-33)

Kita boleh jadi bertanya-tanya mengapa orang Yahudi memberikan reaksi yang begitu kuat terhadap apa yang Yesus katakan tentang kesatuanNya dengan Allah Bapa.
Suatu hal menarik yang tersirat dalam ungkapan ini muncul bila kita mempelajarinya dalam bahasa Yunani.

A.T Robertson, ahli bahasa Yunani menulis bahwa kata "1" dalam bahasa Yunani itu netral, bukan maskulin dan tidak menunjukkan kepada seseorang atau suatu maksud melainkan lebih kepada "sifat atau watak"

Robertson kemudian menamahkan "pernyataan yang tegas ini menyatakan puncak dari pernyataan-pernyataan Kristus mengenai hubungan antara Allah Bapa dengan diriNya (Anak Allah) pernyataan-pernyataan itu menyebabkan kemarahan orang-orang farisi tak terkendali lagi ".


Jelaslah bahwa dalam pikiran orang-orang yang mendengarkan pernyataan ini tak ada lagi keraguan bahwa Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Allah.

Dengan demikian Leon Morris, rektor Ridley Collage Mailborne Australia menulis bahwa "orang-orang Yahudi tidak dapat menganggap kata-kata Yesus itu lain dari pada hujatan, dan mereka sendiri mulai melaksanakan hukum.
Dalam hukum Taurat dinyatakan bahwa hujat harus dihukum dengan rajam (Imamat 22:16).
Tetapi orang-orang ini tidak membiarkan berlangsungnya proses hukum seperti seharusnya. Mereka tidak mempersiapkan tuduhan sehingga para penguasa dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu.
Dalam kemarahannya, mereka mempersiapkan diri mereka sendiri untuk menjadikan Hakin-hakin dan sekaligus algojo-algojo ".


Yesus diancam rajam karena "menghujat". Tetapi kita dapat bertanya, apakah orang-orang Yahudi yang jelas mengerti ajaranNya berusaha mempertimbangkan apakah pernyataan-pernytaaan Nya itu benar atau salah.

Yesus terus menerus menyatakan bahwa Dia sehakekat dan tabiat dengan Allah. Ia dengan berani menegaskan, "jika sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga BapaKu" ( Yohanes 8:19).
Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku ( Yohanes 12:45)
"Barang siapa membenci Aku , ia juga membenci BapaKu" (Yohanes 15:23)
"Supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barang siapa tidak menhormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia" (Yohanes 5:23) dll.
Ayat-ayat ini jelas menunjukkan bahwa Yesus memandang diriNya lebih dari pada sekedar manusia saja. Sebaiknya Dia sama dengan Allah. Mereka yang mengatakan bahwa Yesus hanya sekedar lebih dekat atau akrab dengan Allah dari pada orang lain harus mempertimbangkan pernyataanNya. "Barang siapa tidak menghormati Aku, sama seperti Dia menghormati Bapa, maka ia tidak menghormati Kami berdua.


"Ketika Yesus melihat Iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, Hai anakKu, dosamu sudah diampuni! (Markus 2:5; Lihat pula Lukas 7:48-50).
Menurut orang Yahudi, hal ini hanya dapat dilakukan Allah saja.
Yesaya 43:25 membatasi hal istimewa ini kepada Allah saja. Para ahli Taurat bertanya," mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah sendiri ?" (Markus 2:7). Yesus kemudian bertanya, "Manakah lebih mudah mengatakan kepada orang lumpuh ini, dosamu sudah diampunkan atau mengatakan, Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan?"


Menurut tafsiran Wycliffe, comentary. Ini merupakan "pertanyaan yang tak dapat dijawab.
Pertanyaan-pertanyaan itu memang mudah diucapkan. Tetapi mengatakannya dengan tindakan tentu membutuhkan suatu kuasa Illahi. Seorang penipu sudah tentu, dalam berusaha menghindari kebohongannya diketahui orang akan merasa lebih mudah menyatakan 'Dosamu diampunkan.' Yesus tetap menyembuhkan penyakit supaya orang akan tahu bahwa Ia mempunyai wewenang untuk menangani penyebabnya." Karena tindakan ini Yesus dituduh menghujat oleh para pemimpin agama.

Lewis Sperry Chaver menulis bahwa " tak seorangpun dibumi ini memiliki wewenang atau hak untuk mengampuni. Tak seorangpun dapat mengampuni Dosa kecuali Dia terhadap siapa semua orang telah berdosa".
Bila Kristus mengampunkan dosa, seperti yang memang dilakukanNya Dia tidak menjalankan hak istimewa seorang manusia.
Karena tak seorangpun melainkan hanya Allah sajalah yang mengampunkan dosa, maka dengan terang dibuktikan bahwa Kristus karena yang mengampunkan dosa adalah Allah:5)


Kuasa Yesus ini untuk mengampuni dosa adalah contoh yang amat tegas bahwa Dia melakukan sesuatu yang merupakan hak istimewa Allah saja.


Juga dalam injil Markus ada catatan tentang waktu, Yesus diadili (14:60-64) Tata cara peradilan itu adalah, salah satu acuan paling jelas terhadap pernyataan-pernyataan Yesus tentang ke IllahianNya.
Maka Imam Besar bangkit berdiri ditengah-tengah sidang dan bertanya kepada Yesus katanya, "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam besar itu bertanya kepadaNya sekali lagi, katanya "Apakah Engkau Mesias, Anak dari yang terpuji ? Jawab Yesus, Akulah Dia dan kamu akan melihat Anak Manusia yang duduk disebelah kanan yang Maha Kuasa dan datang ditengah awan-awan dilangit. Maka Imam besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata, untuk apa kita perlu saksi lagi, kamu sudah mendengar hujatNya terhadap Allah. bagaimana pendapat kamu ? Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan bahwa Dia harus dihukum mati.


Mulanya Yesus tak bersedia menjawab sehingga Imam besarpun menyuruh Yesus bersumpah dan karena berada dibawah sumpah, Yesus terpaksa menjawab (dan saya bersyukur sekali karena Dia menjawab). Ia menjawab pertanyaan "Apakah Engkau Mesias anak dari yang Terpuji ? Dengan mengatakan, "Akulah Dia"

Suatu analisa terhadap kesaksian Kristus membuktikan bahwa Dia menyatakan diriNya sebagai
(1) Anak dari yang terpuji (Allah).
(2) Dialah yang akan duduk disebelah kanan yang Maha Kuasa dan
(3) Dialah Anak Manusia yang akan datang ditengah awan-awan dilangit, masing-masing penegasan ini nyata sekali menunjukkan bahwa Yesus sang Mesias.

Dampak yang bertambah-tambah dari ketiga pernyataan ini mencolok sekali. Sanhedrin yaitu pengadilan Yahudi menangkap ketiga pernyataan tersebut, dan Imam Besar menanggapinya dengan mengkoyakkan pakaiannya serta berkata " Untuk apa kita perlu saksi lagi ?" Akhirnya mereka sudah mendengarnya dari mulutNya sendiri.


Robert Anderson menunjukkan, " tak ada bukti yang lebih meyakinkan dari pada bukti dari para saksi yang menaruh benci.
Dan kenyataan bahwa Yesus menyatakan ke IllahianNya terbukti jelas melalui tindakan musuh-musuhNya.
Kita harus ingat bahwa orang-orang Yahudi bukanlah bangsa biadap yang bodoh melainkan berbudaya tinggi serta amat saleh beribadah.
Dan justru berdasarkan tuduhan itu tanpa satu carapun yang tidak disetujui, hukuman matinya dijatuhkan oleh Sanhedrin yaitu dewan nasional tertinggi mereka yang terdiri dari pemimpin keagamaan yang paling terkemuka, termasuk orang-orang segolongan dengan Gamaliel dan murid-murid nya yang hebat Saulus dan Tarsus ".


Karena itu jelaslah bahwa Yesus ingin memberikan kesaksian itu mengenai diriNya.
Kita pun dapat melihat bahwa orang-orang Yahudi itu memahami jawabanNya sebagai pernyataanNya bahwa Dia adalah Allah. Karena itu ada 2 alternatif yang harus kita hadapi yaitu bahwa pernyataan-pernyataannya itu memang hujatan, atau bahwa Dia memang Allah. Hakim-hakimNya melihat masallahnya dengan jelas, malah dengan begitu jelas sehingga mereka menyalibkan Dia dan kemudian mengejekNya karena "Ia menaruh harapanNya pada Allah ... karena Ia telah berkata : Aku adalah Anak Allah (Matius 27:43).



Kita mulai melihat bahwa pengadilan ini bukan pengadilan biasa,
"Ini adalah pengadilan yang unik diantara berbagai pengadilan kejahatan dimana yang menjadi masalah bukanlah perbuatan-perbuatan melainkan identitas sitertuduh".

Tuduhan kejahatan yang dikenakan kepada Kristus, pengakuan atau kesaksian atau, lebih tepatnya tindakan didepan pengadilan, berdasar mana Dia dinyatakan bersalah, interogasi oleh gubernur Romawi serta tulisan dan pernyataan pada salibNya diwaktu pelaksaan hukuman, semuanya berkaitan dengan satu masalah yaitu identitas kehormatan Kristus yang sebenarnya.


Hakim Gaynor, ahli hukum terkemuka dari pengadilan New York dalam pidato nya mengenai pengadilan Yesus, menyatakan bahwa hujatan merupakan tuduhan satu-satunya yang dilontarkan kepada Yesus dihadapan Sanhedrin.
Katanya, "dari masing-masing kisah Injil tampak jelas bahwa tuduhan yang dikenakan dan dipersalahkan kepada Yesus dalam pengadilanNya adalah hujatan:
Yesus telah menyatakan diri memiliki kuasa supra alami yang dalam diri manusia biasa merupakan hujatan ") (mengutip dari Yohanes 10:33). (Gaynor mengacu terhadap Yesus yang "menjadikan diriNya Allah " dan bukan tentang apa yang Ia katakan tentang Bait Allah ).


Pada kebanyakan pengadilan, orang diadili karena perbuatan mereka, tetapi bukan demikianlah halnya pada pengadilan Kristus. Yesus diadili karena siapa diriNya.

Pengadilan Yesus ini seharusnya cukup untuk membuktikan kepada manusia dengan pasti bahwa Dia mengakui keIllahianNya. Hakim-hakim nya memberikan kesaksian terhadap hal itu. Tetapi juga, pada hari penyalibanNya musuh-musuh Nya mengakui bahwa Yesus menyatakan diriNya sebagai Allah yang menjelma dalam daging " Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata, ' Orang lain Ia selamatkan , tetapi diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan ! Ia raja Israel ? Baiklah Ia turun dari salib itu, dan kami akan percaya kepadaNya. ia menaruh harapanNya kepada Allah , baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepadanya ! Karena Ia telah berkata : " Aku adalah Anak Allah """ (Matius 27 :41-43)